Posmetromedan.com – Suara hentakan piring dan sendok terdengar sayup hingga mengganggu konsentrasi. Terlihat juga pramusaji hotel yang tampak mondar-mandir menyiapkan menu makan siang. Ini pertanda bagi kami, kalau sudah setengah hari kami mengikuti uji kompetensi yang telah dimulai sejak pagi tadi.
“Sudah waktunya makan siang lae,” ujar Heryanson Munthe (48), yang duduk persis di sebelah penulis.
Heryanson Munthe yang akrab disapa Hanson ini juga merupakan salah satu peserta Uji Kompetensi Wartawan (UKW) angkatan 66 dan 67 tahun 2023 yang digelar PWI Sumut bekerjasama dengan Polda Sumut di Hotel Madani, Medan.
Kegiatan yang berlangsung selama 2 hari, sejak 22 hingga 23 Desember 2023 ini pun diikuti Hanson dengan riang gembira. Meski sedikit tegang, ayah 3 orang anak laki-laki ini mengaku cukup senang bisa bisa mengikuti uji kompetensi guna peningkatan kualitas dan profesionalitasnya sebagai wartawan.
Pria kelahiran 26 Agustus 1975 ini merupakan satu-satunya wartawan media online radarmedan.com yang diutus perusahaan medianya untuk mengikuti UKW tingkat Madya pada tahun ini.
“Jadi bangga juga la kita lae, bisa diutus ikut UKW Madya ini,” ungkapnya.
Hanson yang tinggal di kawasan Jalan Perjuangan Desa Ujung Labuhan, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang ini mengaku yakin bisa lulus mengikuti uji kompetensi yang digelar. Karena katanya, satu hari sebelum mengikuti UKW, atau pada Kamis (21/12/2023) kemarin, ia telah mengikuti Pra UKW yang juga diselenggarakan PWI Sumut. Ditambah lagi, pengalamannya di dunia jurnalis bukan lagi hitungan hari.
“Saya jadi wartawan sejak tahun 2014 lae. Sudah 9 tahun,” ungkapnya dengan penuh rasa percaya diri.
Dia menceritakan, menjadi wartawan memang bukan cita-citanya sejak kecil. Tapi kini, dunia jurnalistik sudah mendarah daging pada dirinya.
“Kalau cita-cita saya dulu jadi kontraktor. Tapi karena gak selesai kuliah di ITM jurusan tehnik. Berubah haluan ke jurnalis,” ucapnya.
Meski begitu, Hanson mengaku menjadi wartawan adalah profesi mulia dan terhormat sebagai salah satu pilar demokrasi di negeri ini. Dia bahkan mengaku pernah mencoba mendirikan perusahaan media lokal bersama beberapa rekannya pada tahun 2019 lalu.
“Tapi memang satu tahun berjalan, media kita tutup karena tidak terkelola dengan baik,” terangnya.
Walau pernah gagal membangun media, pria berbadan tambun ini mengaku tetap bersikukuh bergelut di dunia jurnalistik. Walaupun, katanya, dari segi penghasilan ekonomi, menjadi wartawan bukan lah pilihan tepat.
“Dari segi ekonomi kita kalah lae, tapi ada kepuasan batin tersendiri,” ucapnya.
Asam manis menjadi wartawan pun sudah banyak dirasakan Hanson. Dia mengaku pernah diteror saat melakukan peliputan perusakan hutan di areal lahan salah satu perusahaan di kawasan Danau Toba.
“Saat itu kita sempat dicegat perwakilan perusahaan sampai-sampai lari ke hutan,” ucapnya.
Tapi kembali lagi Hanson mengaku tidak kapok menjadi wartawan. Dan Kepada penulis, Hanson mengaku mengikuti uji kompetensi wartawan ini sebagai penambah “gizi” pengetahuan dan keprofesionalannya menjadi wartawan.
“Ditambah lagi makanan yang disajikan panitia saat mengikuti uji kompetensi ini memang enak dan bergizi. Sudah dua hari kita makan rendang lae. Jadi uji kompetensi sekaligus perbaikan gizi,” ucapnya sembari tersenyum lepas. (*)
Penulis: Aniko Rambe (Tulisan ini adalah berita feature yang dibuat selama 30 menit sebagai salah satu bahan uji dalam UKW Madya)