SIMALUNGUN–
Bupati Simalugun JR Saragih, dipastikan ciut mengurusi pupuk subsidi yang kerap menjadi problema tak terpecahkan di tengah kehidupan petani Simalungun. Alasannya, sangat masuk akal.
Salahseorang pengusaha muda minta tak disebutkan identitsasnya, kepada GOBERNews mengatakan, problem pupuk bersubsidi sesungguhnya persoalan sepele yang mudah diselesaikan. Tentunya, dengan keseriusan seluruh pihak yang terlibat baik tingkat penentu kebijakan di pusat, produsen hingga konsumen, dalam menyelesaikannya. Namun sulit dibantah, masalah ini menjadi rumit ketika pemangku kebijakan setidaknya Bupati, ciut membongkar mata rantai mafia pupuk subsidi tersebut.
“Terus terang saya menduga keras, Bupati Simalungun JR Saragih, tahu persis letak persekongkolan pupuk subsidi ini. Tapi, mungkin beliau gak berani mengungkapnya. Alasannya, jelas akan menjadi bumerang yang menyerang dirinya sendiri. Kasarnya, dia buka permainan pupuk subsidi ini, maka boroknya pun akan dibongkar pula oleh para mafia pupuk. Apa JR berani melawan pemain tingkat pusat? Mungkin banyak juga kelemahan JR yang bisa dimasuki pihak lain. Dari pada repot, JR memilih diam biar aman. Tak ada yang menyerang,” cerita pria tambun tersebut.
Dijelaskan warga asli Siantar ini, pupuk subsidi selama ini faktanya lebih banyak dinikmati oleh petani berdasi. Pemilik lahan perkebunan yang luasnya ratusan hektare, serta perusahaan perkebunan swastalah menjadi pihak yang paling menikmati pupuk subsidi. “Harganya kan lebih murah,” ungkapnya.
Masih menurut pemilik rambut kriting ini, produsen yang ditunjuk sebagai penyedia pupuk bersubsidi untuk kawasan Kabupaten Simalungun, tak banyak yang dapat mengetahuinya secara pasti. “Coba tunjukkan ke saya produsen penyedia pupuk subsidi yang ditunjuk pemerintah guna memenuhi kebutuhan petani wilayah Simalungun. Pusri? atau Petrokimia? Jawab kalau bisa,” tantangnya sembari memastikan, pemerintah pusatlah paling tau tentang hal itu.
Begitu pun lanjut si kacamata ini, produsen pupuk milik negara ada tiga yang diflot memproduksi pupuk. Yakni, Pupuk Sriwijaya, Petrokimi Gresik dan Iskandar Muda Aceh. Dari ketiganya sesungguhnya, paling berpeluang ditunjuk untuk menyipkan kebutuhan pupuk subsidi wilayah Sumut khususnya Simalungun, harusnya perusahaan pupuk Iskandar Muda Aceh. Namun, pada pelaksanaan pendistribusiannya, Pusri dan Petrokimia Gresik lah cendrung menguasai barang dan menyimpannya ke gudang masing-masing.
“Secara logika dagang, gak mungkin Petrokimia Gresik atau Pupuk Sriwijaya alias Pusri yang ditunjuk untuk menyiapkan kebutuhan pupuk di wilayah Simalungun. Bengkak di ongkos lah. Karena terlalu jauh. Paling memungkinkan itu Iskandar Muda, karena dekat. Cuma dari Aceh. Jelas lebih menghemat ongkos. Tapi muncul lagi pertanyaan, kenapa karungnya sudah berlabel Pusri dan Petrokimia?” tanyanya.
Bisa jadi sambungnya, pupuk Iskandar Muda mengirim barang, langsung menggunakan kapal laut tanpa dikemas lebih dulu. Begitu kapal bersandar di Belawan, barulah barang angkutan dari Iskandar Muda itu, dikarungi ke dalam kemasan Pusri atau Petrokimia Gresik. “Jadi sudah permainan tingkat tinggi ini. Pusat punya gawean ini. Sekelas JR Saragih, digilaslah. Berbeda hal kalau JR orang nekat. Ini bisa saja dia ungkap. Masalahnya, dia juga ciut kan,” tutupnya.
Jadi menurut narasumber ini, pemerintah pusat hendaknya lebih serius menangani hal ini sehingga petani tak lagi merugi. Saban masa tanam tiba, pupuk subsidi sulit diperoleh petani. (Ung)