posmetromedan.com – Sedikitnya 9 unit rumah di RT 3, Kelurahan Parsoburan, Kecamatan Habinsaran Kabupaten Toba, rusak akibat ulah si jago merah pada Minggu (2/2/2025).
Plt Danramil 15/Hbs Pelda H Tampubolon menerangkan, awal kebakaran dari Warung Makan Muslim. Lalu, api menjalar ke kiri dan kanan rumah tersebut. Ia sebut, penyebab kebakaran diduga karena hubungan arus pendek listrik (korsleting).
“Untuk saat ini dugaan awal kebakaran disebabkan korsleting listrik (arus pendek). Serta, kerugian material yang dialami warga sekitar Rp. 3 Miliar,” ujar Pelda H Tampubolon, Minggu (2/2/2025)
Menurutnya, kobaran api sulit dipadamkan karena mayoritas bangunan terbuat dari kayu dan rumah yang satu dengan yang lain rapat. Ia tuturkan, peristiwa kebakaran terjadi pukul 09.45 WIB dan api bisa dipadamkan pukul 11.30 WIB.
“Selama dua jam kobaran api hingga menghanguskan sembilan rumah sekaligus. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut,” lanjutnya.
Ia tambahkan, pemadaman menyeluruh dapat dilakukan setelah dua unit damkar Kabupaten Toba tiba di lokasi. Diinformasikan, damkar di Kecamatan Habinsaran tidak dapat digunakan karena dalam keadaan rusak.
“Tindakan pemadaman tidak optimal. Damkar kita di Parsoburan sedang turun mesin. Sementara jarak dari Balige ke lokasi memakan waktu dua jam,” tandas Kasatpol PP Kabupaten Toba Harianto Butarbutar.
Adapun pemilik rumah korban kebakaran yaitu, Roni Sakti Batubara, Oppung Nikolas Pardosi, Pak Herbin Sianipar, Barita sianipar, Oppung Alex Lubis, Oppung Claudya Pardosi, Sudirman Sianipar, Pak Lena siagian dan Pak Aldi sianipar.
Musibah ini menyisakan cerita sedih. Selain rumah, warga juga kehilangan barang berharga, padi yang baru dipanen, dan kebutuhan sehari-hari.
Salah seorang korban bermarga Sianipar tak mampu menahan sedih saat mengetahui rumahnya terbakar, hingga api menyisakan sehelai baju yang dipakainya. “Saat itu saya baru saja pulang dari sawah mengantarkan bibit padi, ketika api membakar rumah saya,” ucapnya.
Warga lainnya, Desli Pardosi juga menuangkan kesedihannya, karena salah satu rumah yang terbakar adalah milik orang tuanya. Desli mengaku mengetahui rumah orang tuanya terbakar karena ditelepon temannya.
“Saat itu saya sedang ibadah di gereja. Semua barang milik orang tua saya hangus, sehelai pakaian pun gak bisa diselamatkan. Orang tua saya syok dengan kejadian ini,” sebutnya.
Saat kebakaran terjadi, masyarakat sekitar bahu membahu memadamkan api menggunakan peralatan seadanya. Bahkan, salah satu warga yang bekerja sebagai pengebor air membawa alatnya agar api bisa dipadamkan.
Namun, warga heran dan mempertanyakan biasanya ada mobil damkar di kecamatan yang saat kejadian tidak kelihatan.
“Kemudian ada dua damkar dari kabupaten, itu pun tiba setelah hampir rampung pemadaman. Seandainya begitu kebakaran, damkar kecamatan langsung tiba, mungkin tak sebanyak ini rumah yang terbakar,” kata warga, A Pardosi (65).
Informasi dihimpun dari masyarakat sekitar, selain kuatnya tiupan angin, banyaknya material yang mudah terbakar membuat api dengan cepat menghanguskan 9 rumah di lokasi. (bbs)