Kekesalan Lae Gortik pada Wak Labu makin membatu.
Beragam tindakan Lae Gortik sebagai bentuk respons kekecewaan terhadap sikap tak normal Wak Labu, terus dilakukan Lae Gortik. Sudah beragam cara ditempuh Wak Labu untuk bisa berdamai dengan Lae Gortik. Akan tetapi, hanya berakhir di jalan buntu.
Di tengah kegalauannya, Wak Labu tiba-tiba terpikir pada Pak Man, bekas guru mereka di bangku SD dulu. Wak Labu pun berinisiatif untuk meminta bantuan Pak Man sebagai mediator perdamaiannya dengan Lae Gortik. “Tolonglah saya Pak Man,” bujuk Wak Labu. “Bukankah dulu kalian kompak duduk pun sebangku dengan si Gortik?” ujar Pak Man berusaha mengembalikan ingatannya. “Itulah Pak Man, tapi aku terlanjur menyakiti hatinya,” sergah Wak Labu. “Ya, sudahlah. Akan saya coba,” janji Pak Man.
Esok harinya, atas inisiatif Pak Man, Wak Labu dan Lae Gortik dipertemukan di ruang kelas mereka dulu. Tak ayal, ingatan Pak Man pun terulang saat bagaiaman ia mengajari murid-muridnya termasuk Wak Labu dan Lae Gortik. Keduanya saat menjadi murid Pak Man, saling bertolak belakang. Satu paling bodoh, satu lagi teramat pintar.
Pak Man : Saya mau bertanya kepadamu Gortik. Ada 10 ekor bebek di pinggir kali. Datanglah harimau saat itu. Lalu, 4 ekornya diterkam Harimau. Berapa sisanya?
Lae Gortik : (sambil tersenyum)tetaplah 10 Pak.
Pak Man : Bah, kenapa?
Lae Gortik: Kan cuma ekornya saja yang diterkam sama Harimau Pak.
Pak Man : Alamak! Ya sudah. Saya ralat. Saya gak pakai ekor. Langsung empat bebek saja. Empat yang diterkam. Ayo, tinggal berapa?
Lae Gortik : Ya tetap 10 juga pak.
Pak Man : Kenapa tetap 10 kau bilang?
Lae Gortik : Ya iya la Pak. Gak mungkin bebebknya tinggal diam. Selamat dari terkaman, pastila bebeknya lari.
Pak Man : (kesal)Kau kejarlah bebeknya.
Lae Gortik : (senyum lalu tertu duk dalam)
Pak Man : Sekarang giliran kau Labu.
Wak Labu : Iya Pak.
Pak Man : Apa artinya I Don Know!
Wak Labu : Tidak Tahu Pak.
Pak Man : Tumben kau hari ini. Bagus.
Wak Labu : (bingung sambil mengernyitkan dahi)
Pak Man : Kalau I Don Like?
Wak Labu : I Don Know saja saya tak tahu Pak. Apalagi I don like.
Pak Man : (sambil tersenyum, lalu mendekati kedua bekas muridnya yang tekun menunggu khayalan Pak Man berlalu)sudahlah…. tak bisa saya damaikan kalian karena saling bertolak belakang. Gak kan ketemu. Mainlah terus.
Wak Labu:(bingung)
Lae Gortik:(makin bingung). (***)