POSMETRO MEDAN – Sorotan Masyarakat terhadap penyalahgunaan BBM jenis Solar Subsidi, untuk para Nelayan di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deliserdang makin santer.
Bahkan banyak yang berharap ada tindakan pengusutan dari pihak terkait agar rekomendasi yang dijadikan syarat untuk mendapat jatah pembelian solar di SPBN Pantai Labu diperiksa kembali.
Dari penelusuran wartawan terhadap sejumlah nelayan dan tokoh masyarakat di Desa Pantai Labu Pekan, Desa Paluh Sibaji, Desa Rugemuk, Desa Rantau Panjang dan Desa Bagan Kuala cukup mengejutkan.
Bahwa praktek dugaan monopoli penjualan BBM Solar dari SPBN Pantai Labu dilakukan oknum penyalur dengan agen pengepul. Hingga sejumlah nelayan terkadang terpaksa membeli pada agen dengan harga di kisaran 8000 an perliter. Sedangkan harga solar standar nya dari SPBN dikisaran Rp 6900 perliter.
Sejumlah Nelayan di Kecamatan Pantai Labu, mengeluhkan proses mendapatkan Bahan Bakar Minyak Solar untuk melaut. Pasalnya oknum SPBN diduga menyalahgunakan distribusi BBM bagi nelayan itu kepada agen pengepul yang kemungkinan sengaja dibuat.
” Banyak Nelayan yang mengeluhkan terkait rekom untuk mendapatkan jatah BBM subsidi. Yang bukan nelayanpun bisa punya rekom sampai beli satu Ton Solar. Di stoknya untuk dijual pada nelayan dengan harga Rp 8000 perliter kadang lebihpun mau kalau pas payah minyak. Memang ada keringanan, Nelayan bisa hutang dulu, pulang melaut bayar kalau dapat ikan, kalau tidak terutang lagi,” ucap Atok warga Desa Pantai Labu Pekan. Selasa 19/11/2024.
Kalau di Pantai Labu ada empat SPBN, satu di Desa Bagan Serdang untuk mencukupi kebutuhan nelayan Desa Rantau Panjang dan Desa Bagan Serdang dengan kuota seminggu tiga kali, sekali masuk 20 ton satu mobil Tanki besar.
Sedangkan untuk di Desa Pantai Labu Pekan, satu SPBN dengan kuota tiga kali masuk seminggu dan sekali masuk juga 20 ton satu tangki besar. Untuk dua SPBN lainnya di Dusun IV Desa Paluh Sibaji itu juga tiga kali masuk dalam seminggu.
” Kalau tak percaya di cek saja. Begitu masuk minyak udah becak membawa jerigen berjejer yang mengambil. Bukan nelayan semua banyak agen pakai rekom memang tapi coba dicek alamatnya. Kami minta pihak terkait dicek lagi rekom rekom itu. Dah bukan rahasia umum disini permainan itu. Tapi pihak berwajib juga diam ya kita masyarakat bisa apa,” ungkap Atok.
Atok menambahkan, kalau untuk Nelayan Pantai Labu itu cukup BBM itu tidak ada masalah pasokan karena kuotanya dibandingkan jumlah nelayan yang membeli BBM Solar di SPBN itu tak sebanding. Kami duga sengaja ditambah kuotanya tapi ke mana dijual masyarakat nelayan tidak tau.
” Saya juga ikut andil dulu merintis saat awal pertama diusulkan ke Pertamina agar di Pantai Labu ini dibuat SPBN, dan dua ribu rekom Nelayan kita kumpulkan untuk pengajuan Solar Subsidi Nelayan perdana. Tapi sekarang tumbuh menjadi empat SPBN di Pantai Labu dan malah kita mau beli satu jerigen saja pernah ribut. Dan masyarakat tau siapa yang punya. Kami Nelayan ini juga maunya jangan di kambing hitamkan untuk kepentingan bisnis oknum yang memanfaatkan. Tak usah kita sebut siapa pemainnya dah bukan rahasia umum sama masyarakat sini,” sebut Atok yang juga salah satu tokoh masyarakat di Desa Paluh Sibaji.
Sementara itu, Amal salah satu Nelayan warga Paluh Sibaji mengatakan untuk memenuhi kebutuhan BBM Solar untuk melaut dengan sampannya, ia harus punya stok 200 liter solar. Dan ia membeli solar pakai rekom dengan jatah 70 liter dari satu SPBN.
” Jatahnya untuk satu rekom itu maximal 70 liter, jadi saya harus beli di tiga SPBN yang ada disini dengan harga standard Rp 6900 perliter, tapi kalau tidak ada uang saya beli dari agen dengan harga Rp 8000 perliter kita bisa utang dulu nanti setelah tiga atau empat hari melaut, pulang baru bayar. Karena dilaut ini kan rezeki harimau tidak bisa kita prediksi dapat atau tidak ikan,” ujar Amal
Amal mengakui kalau pemakaian nelayan itu tidaklah rutin membeli solar karena kalau melaut itu bisa tiga empat hari. Jadi kalau kuota Solar di Pantai Labu ini ada saja bahkan banyak tapi lebih banyak dijual kemana sepertinya dari pada dibeli nelayan.
” Ya kita tidak setiap hari beli, karena melaut itukan tiga empat hari. Sedangkan kuota minyak yang masuk SPBN itu bisa tiga kali seminggu. Tentu ada yang borong. Udah taunya bapak itu, kalau banyak minyak yang dijual kemana mana selain ke nelayan. Kebutuhan solar disini taklah sampai segitu banyak,”ungkap Amal.
Amal menambahkan, untuk menjaga ketersediaan BBM Solar yang dibutuhkannya kalau selama melaut ia akan menyuruh orang membeli solar bila masuk SPBN karena selama di laut stok BBM mereka di darat ada.
” Kalau rekom yang ngasi dari dinas perikanan dan harus ada persyaratan yang harus di penuhi yaitu nelayan. Kalau rekom kita dipakai orang bisa, tapi jatah kita hari itu habis tak bisa dua kali ambil dihari yang sama. Dulu waktu belum ada rekom sulit dapat beli langsung ke SPBN. Tapi kita tak menampik ada yang menyalahgunakan BBM Solar Subsidi nelayan ini,” pungkasnya tersenyum kecut.( Wan)
EDITOR : Rahmad