Kampung Nelayan Asahan Terbakar, Puluhan Rumah Ludes

oleh
Kebakaran hebat terjadi di perkampungan nelayan Desa Sei Apung Jaya, Kecamatan Tanjung Balai, Asahan, Minggu (17/4/2022) dini hari. Lebih kurang 60 rumah dilaporkan ludes rata dengan tanah. (Istimewa/Posmetromedan)

POSMETROMEDAN.com – Kebakaran hebat terjadi di perkampungan nelayan Desa Sei Apung Jaya, Kecamatan Tanjung Balai, Asahan, Minggu (17/4/2022) dini hari. Lebih kurang 60 rumah dilaporkan ludes rata dengan tanah.

Camat Tanjung Balai, M Nur didampingi Kepala Desa Sei Apung Jaya, Ikmal Rambe mengatakan kepada sejumlah media jumlah total rumah terbakar sebanyak 60 unit yang dihuni 63 kepala keluarga.

Kini sebagian telah mengungsi ke rumah sanak famili dan sebagian lainnya masih mencari kontrakan. Kebakaran diduga akibat hubungan arus pendek listrik di salah satu rumah kosong miliki Joni.

Kapolres Asahan, AKBP Putu Yudha Prawira melalui Kapolsek Sei Kepayang, AKP Sabran menerangkan pihaknya belum dapat memastikan penyebab kebakaran. Kepolisian masih melakukan penyelidikan dengan memintai keterangan saksi-saksi dan mengumpulkan barang bukti seperti kayu dan seng bekas kebakaran.

Api ini cepat membesar karena sebahagian besar rumah nelayan tersebut  masih terbuat dari kayu, ditambah lagi proses pemadaman api sulit dilakukan karena akses masuk ke pemukiman warga sempit.

“Kesusahan memang mobil pemadam kebakaran masuk karena jalannya sempit. Dan Kami masih melakukan pendalaman, terlalu dini untuk mengungkapkan semuanya karena anggota masih bekerja di lapangan,” ucap Sabran.

BACA JUGA..  Prediksi Samsunspor vs Konyaspor, Turkey Super Lig 14 September 2024

Kepala BPBD Kabupaten Asahan, Hary Naldo Tambunan melalui Sekretaris Jhonny Sihotang menjelaskan pihaknya sudah menurunkan bantuan berupa tenda penampungan sementara. BPBD katanya juga masih melakukan pendataan sebagai langkah untuk melakukan penanganan usai bencana.

Dari video amatir, tampak kobaran api besar melanda kawasan padat pemukiman penduduk tersebut. Kobaran api yang besar membuat warga sekitar panik. Mereka berusaha menyelamatkan diri ketempat yang lebih aman.

Kobaran api semakin membesar karena kuatnya angin di pesisir pantai dan rumah semi permanen. Tidak banyak barang berharga yang bisa diselamatkan warga karena api dengan cepat menjalar ke rumah-rumah.

Sulitnya medan yang berada di lorong membuat mobil pemadam kebakaran tak bisa masuk ke lokasi. Petugas pemadam dan warga sekitar berusaha memadamkan api, agar tidak meluas.

Sementara itu, korban kebakaran mengaku rela meninggalkan harta bendanya demi menyelamatkan diri saat kebakaran. Ketika api berkobar mengepung permukiman, warga langsung naik sampan menjauhi lokasi kebakaran.

BACA JUGA..  Kabarnya....!!! Polda Sumut Tetapkan Kadisdik Langkat Tersangka Kasus PPPK

“Apinya besar, keliling. Jalan kedepan sudah api semua, satu-satunya jalan kami naik perahu,” kata Hasfa Marpaung, seorang warga, Minggu (17/4/2022).

Ia mengatakan, dirinya dan warga lain berhimpit-himpitan naik perahu demi menyelamatkan diri. “Ya ramai-ramailah, berhimpit-himpitan kami naik kapal. Semua orang sini punya perahu, jadi itulah yang dimanfaatkan,” katanya.

Ia mengaku sudah tidak memikirkan harta bendanya lagi yang hangus terbakar oleh api. Yang Hafsah pikirkan hanyalah nyawa dirinya dan anak-anaknya.

“Kalau harta bisa dibeli, nyawa tidak. Makanya saya hanya mengambil berkas penting seperti ijazah anak-anak saya. ATM, buku tabungan, surat rumah, semua tinggal terbakar di dalam rumah,” katanya.

Bahkan, sepeda motor miliknya yang digunakan sehari-hari juga ikut ditinggal karenakan akses keluar melalui darat sulit ditempuh. “Kereta (sepeda motor) kami itu terbakar di rumah,” katanya.

Janda yang hidup dengan anak-anaknya ini mengatakan, kebakaran kali ini adalah musibah paling besar yang dialaminya sepanjang hidup. Hafsah pun tidak tahu bagaimana nantinya menjalani Idul Fitri dengan kondisi rumah terbakar.

BACA JUGA..  Nelayan Tewas Jatuh ke Laut

“Saat ini harta yang kami punya cuma yang ada di badan. Selebihnya semuanya hangus terbakar, suasana puasa seperti ini. Bahkan sebentar lagi sudah mau lebaran Idul Fitri,” katanya.

Ia berencana akan berdiam di puing-puing reruntuhan rumahnya. Sebab, Hafsah tidak tahu hendak pergi kemana untuk mengungsikan diri.

“Tetap di sini ajalah ibu, enggak tahu mau kemana. Tetangga juga enggak mungkin, ibu sudah tidak memiliki suami, hanya bergantung pada anak. Saat ini hanya berserah diri sajalah kepada Allah,” katanya.

Ia mengatakan, dirinya tidak menduga musibah seperti ini terjadi. Begitu bangun dari tidur, rumahnya telah dikepung api.

“Tidak ada yang menyangka. Karena takdir baik dan buruk itu sudah ditakdirkan Allah, bangun dari tidur, rumah langsung terbakar, mau sahur dan salat subuh pun tidak bisa. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kami,” katanya. (*)

Reporter: Ignatius Siagian
Editor: Hiras Situmeang