Kisah Nyata Dina Sanichar, Bocah Serigala dari India

oleh
Potret Dina Sanichar (Dok. RijksMuseum/POSMETRO MEDAN)

POSMETRO MEDAN-Hutan belantara Uttar Pradesh di India menyimpan sebuah kisah misterius seorang anak yang tumbuh bersama kawanan serigala, jauh dari peradaban.

Adalah Dina Sanichar, sosok yang menjadi inspirasi salah satu cerita buku dan film anak ikonik “The Jungle Book”.

Pada 1867 silam, sekelompok pemburu menemukan bocah ini hidup bersama serigala dan menunjukkan perilaku laiknya binatang.

Seperti berjalan dengan empat kaki, menggeram, dan tidak bisa berbicara seperti manusia.

Selengkapnya, berikut kisah Dina Sanichar yang dikenal sebagai “anak serigala”.

Awal Mula Ditemukan

Dilansir dari Historic Mysteries, pada Februari 1867 silam, sekelompok pemburu melakukan perjalanan untuk mencari mangsa di hutan.

Tepatnya hutan belantara di distrik Bulandshahr, Uttar Pradesh, India.

Saat memasuki kawasan terbuka di tengah hutan, para pemburu melihat sebuah gua.

Mereka lantas perlahan-lahan mendekati gua tersebut sembari tetap waspada untuk berjaga-jaga.

Para pemburu lalu melihat ada sosok serigala atau binatang buas yang bersembunyi di dalam gua.

BACA JUGA..  Lepaskan Ego Sektoral, AKS Petakan dan Tetapkan Strategi Penurunan Angka Stunting

Namun, di luar dugaan mereka ternyata bertemu seorang anak laki-laki sekira usia 6 tahun dengan perilaku mirip serigala.

Setelah diamat-amati, para pemburu mendapati perilaku bocah itu tidak sama dengan anak seusia itu pada umumnya.

Mereka bertanya-tanya sekaligus kasihan, bagaimana ada anak kecil yang ditinggal di hutan penuh binantang buas sendirian.

Para pemburu yang merasa iba lantas enggan meninggalkan bocah yang perilakunya mirip serigala itu di hutan.

Dikutip dari All That Interesting, anak laki-laki tersebut kemudian dibawa ke Panti Asuhan Misi Sikandra di Kota Agra, India untuk diasuh lebih laik.

Para misionaris di panti tersebut kemudian memberi nama anak laki-laki tersebut sebagai Dina Sanichar.

Dalam bahasa Hindi, Dina Sanichar memiliki arti hari Sabtu karena Dina tiba di panti asuhan pada hari Sabtu.

Menyesuaikan Diri dengan Peradaban

Selama tinggal di panti asuhan, Dina Sanichar diberi nama kedua alias julukan “Si Anak Serigala”.

BACA JUGA..  Polda Sumut Perangi Judi Online, Empat Tersangka Ditangkap Dalam Sepekan

Para misionaris menganggap nama itu cocok untuknya karena mereka percaya bahwa bocah tersebut dibesarkan oleh kawanan binatang buas.

Selain itu, para misionaris percaya Dina Sanichar tidak pernah mengalami kontak dengan manusia seumur hidupnya.

Menurut cerita mereka, perilaku Dina Sanichar lebih menyerupai perilaku hewan daripada seorang manusia.

Seorang pengawas panti asuhan, Erhardt Lewis mengatakan, Dina Sanichar berjalan dengan kedua tangan dan kakinya.

Ia juga kesulitan berdiri atau berjalan dengan dua kaki laiknya manusia.

Lewis juga mengungkapkan, Dina Sanichar sehari-hari hanya makan daging mentah dan gemar menggerogoti tulang untuk mengasah giginya.

“Sebelum makan atau mencicipi makanan, dia menciumnya dulu. Kalau tidak suka baunya, dia membuangnya,” kata Lewis.

Semula untuk berkomunikasi, para misionaris merasa kesulitan karena Si Anak Serigala tidak pernah berbicara dalam bahasa yang sama dengan misionaris atau menggunakan bahasa isyarat.

BACA JUGA..  Tingkatkan Aksesibilitas Warga, Pemko Medan Rehabilitasi Jalan Lingkungan di Medan Deli

Setiap kali ingin mengekspresikan dirinya, Dina Sanichar akan menggeram atau melolong seperti serigala.

Meskipun akhirnya bisa belajar memahami bahasa para misionaris, sepanjang hidupnya Dina Sanichar tidak pernah belajar berbicara dalam bahasa manusia.

Namun, semakin lama ia tinggal di panti asuhan, nalurinya untuk mengembangkan sifat dan cara hidup seperti manusia secara perlahan mulai tumbuh.

Ia bisa berdiri tegak, berjalan, dan juga mulai berpakaian.

Sayangnya, Dina Sanichar juga ikut arus menjadi perokok berat, karena mewarisi kebiasaan para misionaris yang merawatnya.

Kisah Dina Sanichar yang dikenal dibesarkan kawanan serigala akhirnya berakhir pada 1895.

Ia menderita tuberkulosis dan meninggal dunia di usia 35 tahun.

Sejak tutup usia hingga ratusan tahun berselang, kisah misterius Si Anak Serigala ini berulang kali melahirkan penelitian mengenai sekat antara manusia dan hewan selama beberapa abad.(*)

SUMBER: Kompas