Cegah Tawuran Warga Cilicing Melalui Community Policing

oleh
Dosen KIK SKSG UI, Surya Nita saat melakukan ToT di Pesantren Bina Cipta Insani beberapa waktu lalu.

POSMETRO MEDAN – Dalam mencegah tawuran warga, siswa pesantren bisa dijadikan agent of change melalui Community Policing dengan nilai-nilai agama dan norma hukum di wilayah Cilincing, Jakarta Utara.

Hal itu dilakukan Surya Nita selalu Dosen KIK SKSG UI dalam kegiatan Pengmas Universitas Indonesia (UI) pada 23 September 2024 lalu di Pesantren Bina Cipta Insani.

Dalam kegiatan ToT (Training of Trainer) itu, Surya Nita mendidik seorang Trainer sebagai agent of change pada Community Policing dalam mencegah tawuran warga Cilicing, Jakarta Utara. Siswa pesantren diharapkan menjadi agent of change sebagai agen perubahan dalam memberikan informasi atau contoh tauladan ke masyarakat melalui akhlak yang mulia dalam target menyusun masa depan dengan baik dan menjadikan adik-adik siswa pesantren tidak menjadi pelaku atau korban dari tawuran tersebut.

BACA JUGA..  Kejari dan Tipikor Polres Diminta Periksa Kadis serta Bendahara Dishub Sergai

“Pesantren merupakan community policing yang dapat digunakan Polri dalam mendukung upaya pencegahan kejahatan tawuran antar warga di Cilincing agar dapat dioptimalkan melalui peran Siswa Pesantren Bina Cipta Insani. Kejahatan tawuran berulang di Cilincing hendaknya sudah dapat diprediksi oleh kepolisian setempat melalui Konsep Predictive policing dengan cara pemetaan sosial dan audit sosio teknologi kepolisian,” ujarnya.

Pemolisian masyarakat yang lebih dikenal Community Policing, Surya Nita bilang, perlu digiatkan kembali dengan peran dari siswa pesantren bekerjasama dengan Bhabinkamtibmas dan Polisi RW. Strategi pemanfaatan fungsi mesjid atau rumah ibadah dan sarana pesantren sebagai community policing merupakan mesjid terdekat di Cilincing dapat dijadikan tempat dalam penguatan polisi masyarakat.

Selain itu, dilakukan kegiatan lomba sepak bola antar warga, kegiatan lomba cerdas cermat atau kegiatan agama yang memberikan ruang bagi masyarakat khususnya anak punya aktivitas bermanfaat untuk perkembangan pengetahuan, kesehatan dan olah raga.

BACA JUGA..  Biadab! Bocah 13 Tahun Disekap lalu Dijadikan PSK, Sekali Crot Rp500 Ribu

“Dilakukan jumat curhat dengan Bhabinkamtibmas dan Polisi RW sebelum ibadah salat jumat atau selesai ibadah sebagai bentuk komunikasi mingguan antara polisi dan masyarakat,” tuturnya.

Lebih lanjut, Surya Nita menuturkan, perlu juga ditingkatkan pemolisian di masyarakat Cilincing dengan keterlibatan polisi RW dan Bhabinkamtibmas serta kopdar Pemolisian masyarakat yang dapat dibentuk dengan melibatkan pemuda pesantren, pemuka masyarakat, Karang Taruna.

“Bagi anak yang putus sekolah bisa didata kegiatan apa yang dilakukan agar mereka bisa memiliki produktivitas misal buat bank sampah, kegiatan daur ulang limbah menjadi sabun sebagai upaya memperoleh tambahan bagi warga yang dikelola mesjid maupun pesantren diinisiasi oleh pesantren bina cipta insani. Di kegiatan pengmas yang lain telah ditanam pohon untuk produktivitas hasil panen serta adanya upaya pemanfaatan limbah menjadi sabun hal ini dapat dijadikan penghasilan bagi anak-anak putus sekolah,” bebernya.

BACA JUGA..  Kapal Nelayan Karam, 1 Orang Tewas 3 Hilang

Bagi yang putus sekolah, Surya Nita bilang, bisa dilakukan kejar paket a, b maupun c bekerjasama dengan dinas pendidikan serta diberikan pelatihan dalam meningkatkan produktivitas kerja kerjasama dengan dinas tenaga kerja maupun dinas sosial memiliki kartu prakerja.

“Perlu dilakukan kerjasama penthahelix dalam mengatasi tawuran di wilayah cilincing jakarta utara. Strategi ini diharapkan dapat dilaksanakan masyarakat Cilincing bersama dengan kepolisian, pemerintah daerah, akademisi, media dan perusahaan melalui CSR melakukan kegiatan pencegahan kejahatan untuk pemeliharaan Kamtibmas, sehingga masyarakat menjadi aman dan tertib,” tandasnya. (*)

Sumber: Dosen KIK SKSG UI
Editor: Ali Amrizal