Hajab! Murid SD di Langkat Belajar Beralaskan Tikar

oleh
Murid sd di Langkat belajar di lantai hanya beralaskan tikar.

POSMETRO MEDAN-Miris! Kata ini mungkin cukup mewakili buramnya dunia pendidikan di Pemkab Langkat. Dengan kemegahan sumber daya alamnya, masih ada sekolah yang jauh dari kata layak.

SD Negeri 0574627 Adnin Tengah Salapian bisa dijadikan cermin keburaman tersebut. Fisik bangunannya sangat membahayakan keselamatan para murid.

Sekolah ini sudah berdiri puluhan tahun silam. Namun sejak kran bantuan pendidikan dari pemerintah yang dikucurkan tiap tahun, pihak terkait sama sekali tidak melirik semangat para murid dalam menimba ilmu.

Apakah ini imbas dari otak-otak serakah para oknum pejabat terkait di Dinas Pendidikan Pemkab Langkat, yang berlomba memperkaya diri dan golongan? Silahkan jawab dalam hati masing-masing.

Sampai kapan pemandangan menyedihkan di SD Negeri 0574627 Adnin Tengah Salapian, dibiarkan? Jika para murid dan guru ditanya, mereka pasti minta sesegera mungkin.

Dengan begitu, para murid tidak harus belajar di lantai. Itu karena sekolah tidak memiliki meja dan kursi belajar. Nyawa mereka juga tidak terancam setiap jam-jam belajar. Sebab, bagian jendela sekolah sudah banyak hancur, serta flavon tinggal menunggu waktu untuk runtuh. Hal tak kalah menyedihkan, sekolah ini tidak memiliki tiang bendera. Bayangnya bagaimana jalannya upacara di sekolah.

Berkaca dari semua kondisi diatas, SD Negeri 0574627 Adnin Tengah Salapian bahkan lebih buruk dari sekolah di desa tertinggal. Pun begitu, tetap masih ada yang bisa disyukuri atas kondisi ini. Apa itu? Para tenaga pendidik tetap focus menjalankan tugasnya, begitu juga para murid semangat menimba ilmu.

BACA JUGA..  Protes Sopir di Sembahe Terkendali, Fokus Pembersihan Jalur Longsor Berlanjut

Informasi diperoleh dari wali murid dan masyarakat sekitar, sekolah ini memiliki anak didik sekira 60 orang, dengan jumlah guru (PNS) 2 orang, dan guru honorer 4 orang.

“Anak-anak tetap semangat datang ke sekolah, belajar meski hanya beralaskan tikar. Tentu saja ini sangat mengganggu proses belajar mengajar,” sebut warga setempat.

Disinggung kenapa kondisi memprihatinkan sekolah terbiarkan bertahun-tahun, salah satu guru honor mengungkap jika pihak sekolah telah berulang kali mengajukan permohonan bantuan fasilitas kepada pihak berwenang melalui Pemerintah Desa saat Musrenbang Desa, dan Musrenbang Kecamatan.

“Hasilnya lihat sendiri. Sama sekali tidak dapat perhatian. Pihak sekolah bahkan nyaris ‘patah arang’ menyampaikan pengajuan. Musrenbang setiap tahun pun terkesan hanya formalitas, penyaluran bantuan hanya dialirkan ke bidang-bidang yang memiliki kedekatan dengan pihak terkait,” ketus sumber.

Berbagai kasus korupsi anggaran dana BOS dan anggaran pendidikan lainnya mendapat sorotan, seolah-olah Pemerintah mengabaikan kebutuhan anak-anak yang haus akan ilmu pengetahuan.

Para siswa sekolah tersebut mengungkapkan, belajar tanpa meja dan kursi bukan hal yang mudah. “Kadang kaki kami pegal karena terlalu lama bersila, pak,” ucap polos para murid.

BACA JUGA..  Pemain 760.470 Liter Solar Subsidi Nelayan Deliserdang "Kebal Hukum"

Kondisi alam seolah melengkapi perjuangan para anak didik dan para guru, khususnya pada musim hujan. Ruang belajar tergenang air akibat atap bocor, tikar tempat alas belajar mereka pun ikut basah. Dampaknya, jam belajar pun terpaksa dialihkan siang hari.

Melalui pemberitaan ini, masyarakat berharap besar Kabupaten Langkat dan para pemangku kebijakan jangan tutup mata dan sesegera mungkin memperbaiki sekolah ini.

Anggaran pendidikan harus memadai serta dikelola dengan jujur dan transparan agar tak ada lagi anak-anak yang belajar tanpa meja dan kursi, apalagi tanpa tiang bendera untuk menyaksikan Sang Merah Putih berkibar.

Masyarakat setempat menanti perubahan nyata dari para pemimpin dan pemangku kebijakan, agar fasilitas pendidikan tidak hanya janji-janji palsu, tetapi juga menjadi hak yang terwujud bagi setiap anak negeri.

Cerita memprihatinkan ini terungkap ke publik pada debat kedua Pilkada Langkat 2024, yang berlangsung Senin (11/11/24), bertempat di Arya Duta Hotel Medan.

Dalam debat tersebut, pasangan calon nomor urut 02 Iskandar Sugito-Adli Tama Sembiring, dengan jargon BISA menyoroti sekolah-sekolah yang jauh dari kata layak, seperti SD Negeri 0574627, Adnin Tengah, Kecamatan Salapian.

Pasangan Iskandar Sugito-Adli Tama Sembiring mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap fasilitas pendidikan yang minim, dimana anak-anak harus belajar dilantai beralaskan tikar, bahkan tiang bendera.

BACA JUGA..  Mobil Bendahara KPU Langkat Dibobol, Uang Rp150 Juta Raib

Menurut mereka, kondisi ini tidak hanya mencerminkan kurangnya perhatian pemerintah, tetapi juga menunjukkan perlunya reformasi menyeluruh dalam pengelolaan anggaran pendidikan di Langkat. Namun keprihatinan mereka terhadap kondisi sekolah SD Negeri yang tidak ada meja dan kursi mendapat cemooh dari pendukung paslon nomor 01, Syah Afandin-Tiorita Br Surbakti, menuding pasangan calon nomor urut 02, Iskandar Sugito-Adli Tama Sembiring menebar kebencian atau hoax.

Calon Wakil Bupati Langkat Adli Tama Sembiring berjanji, prioritaskan fasilitas pendidikan di Langkat.

“Kami berjanji, jika terpilih, prioritas utama kami adalah memastikan fasilitas pendidikan yang layak diseluruh sekolah di Langkat,” ujar Adli Tama Sembiring dengan tegas.

Iskandar Sugito-Adli Tama Sembiring menegaskan bahwa pendidikan berkualitas harus menjadi hak semua anak, bukan hanya mereka yang berada di wilayah tertentu atau beruntung mendapatkan perhatian lebih.

Paslon Iskandar Sugito-Adli Tama Sembiring menggarisbawahi perlunya pengawasan ketat terhadap anggaran pendidikan, agar tidak ada lagi anak-anak yang harus belajar beralaskan tikar.

“Sudah saatnya Langkat berbenah dan memberikan yang terbaik untuk generasi masa depan kita, ” tambah Iskandar Sugito ditengah sorakan audiens yang mendukung visinya.

REPORTER: Ryan

EDITOR: Hiras