SIANTAR | MU- Kesalehan dan berbudipekerti mulia, tak menjadi pertimbangan sang ayah mengurungkan niat menyembelih putranya yang masih remaja kala itu. Kenapa?“Karena keteguhan iman serta ketaatan kepada Allah SWT, Ibrahim Alaihi Salam (AS) tetap meneruskan niatnya menyembelih anak kandungnya, Ismail AS. Tapi apa yang terjadi selanjutnya? Allah SWT mengganti jasad Ismail dengan se-ekor domba. Ibrahim bukan menyembelih leher Ismail, tapi justru menyembelih leher seekor domba. Peristiwa berabad-abad tahun lalu inilah yang sampai sekarang kita peringati sebagai hari raya Idul Adha,” kata Tuan Guru DR Sa’ban Rajagukguk, dalam ceramahnya usai mengimami ribuan jemaah Salat Idul Adha 1439 H, di Lapangan H Adam Malik Kota Siantar, Rabu (22/08/2018) pagi.
Bukan saja Ibrahim AS. Kepribadian Ismail AS dalam riwayat ini, tidak kalah penting untuk diteladani sambung Sa’ban. Sebab dengan keikhlasan, Ismail AS menyerahkan lehernya untuk disembelih sang ayah. “Selain bukti berbakti kepada orangtua, Ismail AS sekaligus telah menunjukkan keimanannya yang sangat kokoh kepada Allah SWT,” papar Sa’ban.
Tak sampai di situ, riwayat jni Allah SWT, juga memberikan contoh keteladanan seorang istri kepada suaminya. Di mana, Siti Hajar yang sudah berjuang mengandung Ismail AS, merawat dan membesarkannya, begitu mendengar niat Ibrahim AS hendak menyembelih putra mereka, tak sedikit pun mencoba menghalang-halangi sang suami. Bahkan sampai saat meng-eksekusi Ismail AS, Siti Hajar terus memberikan support kepada suaminya yang menerima perintah penyembelihan yang disampaikan Allah SWT, lewat mimpi yang dialami Ibrahim AS berulang-ulang. “Jadi ini keluarga luar biasa. Allah SWT hendak berstatement melalui kisah ini, bahwa cinta duniawi tidak boleh melebihi cinta kepada Allah SWT,” tambah Sa’ban lagi.
Dengan mengedepankan kecintaan kepada Allah SWT, maka sekuat apa pun godaan setan dan iblis, tak mampu menggoyahkan keteguhan iman manusia kepada Allah SWT. “Kisah keluarga Nabi kita Ibrahim AS, menjadi juga bukti dan buah dari sikap yang mengedepankan kecintaan kepada Allah SWT. Bahwa setan dan iblis, tidak bisa menggoda kita ketika kita tidak berlebihan mencintai dunia ketimbang kepada Allah SWT. Ingat, Iblis dan setan adalah musuh abadi bagi kita selama hidup di dunia,” pungkasnya.
Peran iblis dan setan dalam riwayat inj, turut diungkap kata Tuan Guru Sa’ban. Di mana, Ibrahim AS, Ismail AS dan Siti Hajar, terus menerus digoda iblis dan setan agar perintah penyembelihan dari Allah SWT, dibatalkan. “Jadi di riwayat ini, dibuktikan juga jika setan dan iblis mati-matian menggoda keluarga ini agar tak menjalankan perintah Allah SWT. Tapi godaan itu tak mempan karena keluarga nabi kita Ibrahim AS, lebih cinta kepada Allah SWT ketimbang duniawi,” sebut Sa’ban bersuara lantang.
Di dalam ilmu Tasauf, masih dalam ceramahnya, Sa’ban Rajagukguk memastikan, bahwa kisah Nabi Ibrahim AS, sangat jelas bahwa Allah SWT, tidak mementingkan jasad manusia. Akan tetapi, jiwa (Ruh) yang terkandung dengan kadar keimanan kepadaNya. “Jadi, jasad manusia sesungguhnya tak berarti apa-apa di hadapan Allah SWT. Apa yang kita miliki di dunia ini, semua bukan milik kita. Harta, jabatan dan lain sebagainya. Itu bukan milik kita. Tak ada yang kita punya di dunia ini. Sembelihlah kesombongan kita. Tanamkan kecintaan kita kepada Allah SWT di dalam hati kita sedalam-dalamnya, melebihi kecintaan kita kepada duniawi,” seru Sa’ban.
Ribuan jemaah Salat Idul Adha di Lapangan H Adam Malik yang difasilitasi oleh PHBI (Persatuan Hari Besar Islam) Kota Siantar, turut dihadiri ketua PHBI Natsir Armaya Siregar. Dari pukul 07.30 WIB, ribuan jemaah memadati lapangan bahkan menbentuk syaf baru si bahu jalan di sisi kiri dan kanan alun-alun Kota Siantar itu. (Ung)